Banner Uji Kompetensi Wartawan di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, 26-27 Juli 2024. |
PONTIANAK, artikelpublik.com - Momen tahun 2018 lalu masih segar dalam ingatan. Hal itu terulang kembali pada tahun 2024 ini. Kala itu (2018) penulis mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar Lembaga Uji Persatuan Wartawan Indonesia (LU-PWI) Provinsi Kalimantan Barat.
UKW itu diikuti 30 peserta yang merupakan wartawan dari berbagai media, baik cetak maupun online di sejumlah daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
Ada tiga kelas yang diujikan dalam UKW kala itu yakni kelas Muda, Madya dan Utama dengan menghadirkan Tim Penguji dari PWI Pusat, yang diselenggarakan di Aula salah satu Universitas ternama di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat pada Agustus 2018 lalu.
Dalam mengikuti UKW kala itu, penulis baru dua tahun menjalani profesi sebagai wartawan di sebuah perusahaan media pers yang cukup tenar di salah satu daerah paling Timur di Provinsi Kalimantan Barat.
Tuntutan profesi dan aturan dalam profesi Pers yang mewajibkan seorang wartawan untuk menjadi wartawan yang kompeten dan profesional dalam menjalankan tugasnya, membuat penulis harus mengikuti UKW jenjang Muda kala itu walaupun penulis merasa belum saatnya untuk mengikuti UKW karena masih minim pengalaman dan pengetahuan tentang dunia kewartawanan (jurnalistik).
Namun, Pemimpin Redaksi di perusahaan Pers tempat penulis bekerja kala itu telah menyetujui dan telah mengisi syarat-syarat dari PWI Kalimantan Barat yang dibutuhkan untuk wartawan yang bekerja pada perusahaan Pers tersebut untuk mengikuti UKW sehingga penulis ditunjuk untuk mengikuti UKW kala itu.
Penulis pun direkomendasikan oleh perusahaan Pers tempat penulis bekerja untuk mengikuti UKW jenjang Muda yang diselenggarakan oleh PWI Kalimantan Barat pada tahun 2018 lalu.
Kala itu UKW yang akan diselenggarakan masih dalam hitungan pekan, penulis pun gencar mengasah kemampuan diri melalui praktek hingga teori yang berkaitan dengan tugas-tugas kewartawanan.
Penulis pun terus berupaya melatih dan mengembangkan diri melalui peliputan langsung selain mencari referensi melalui artikel-artikel tentang kewartawanan namun tanpa mengabaikan tugas utama sebagai seorang wartawan yang diwajibkan untuk mengisi pemberitaan di perusahaan Media Pers tempat penulis bekerja.
Menjelang UKW tiba, yang hanya tinggal hitungan hari, perasaan yang bercampur aduk pun muncul dalam benak penulis. Rasa ragu dan pesimis 'menari-nari' dalam pikiran.
Selain itu, beragam pertanyaan di dalam hati juga muncul tak beraturan. Salah satunya ialah apakah saya (penulis) akan lulus dalam mengikuti UKW tersebut?
Beragam pertanyaan dan perasaan yang muncul di dalam hati itu dikarenakan saking pesimisnya penulis kala itu.
Dua hari menjelang UKW akan dilaksanakan, penulis pun berangkat dari sebuah Kabupaten yang paling Timur di Provinsi Kalimantan Barat, untuk menuju Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat.
Penulis berangkat menggunakan armada transportasi umum jalur darat, yang sekitar 14 jam lamanya di perjalanan. Kala itu penulis tiba di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat dinihari menjelang pagi pada keesokan harinya.
Selama dalam perjalanan, perasaan penulis terus membayangkan seperti apa nantinya saat mengikuti UKW. Bayangan dan rasa pesimis selalu menghantui.
Hingga tiba lah saatnya UKW akan dilaksanakan. Penulis adalah orang yang datang pertama kalinya di tempat penyelenggaraan UKW itu.
Tempat dan waktu penyelenggaraan UKW memang telah ditentukan oleh pihak panitia yakni pada pukul 08.00 WIB (pagi). Namun, saking semangatnya, penulis tiba pada pukul 06.30 WIB. Kala itu penulis berangkat pada pukul 06.15 WIB dari rumah keluarga tempat penulis menginap
Penulis berangkat menggunakan sepeda motor matic milik keluarga yang penulis pinjam untuk mengikuti UKW tersebut.
Saat sampai di tempat kegiatan, belum ada satu pun peserta bahkan panitia penyelenggara UKW pun belum ada yang datang kala itu. Yang tampak hanya seorang penjaga yang bekerja di kampus tersebut.
Penulis pun menghampiri penjaga tersebut dan mengobrol singkat sambil sedikit bertanya apakah benar di tempat tersebut akan diadakan UKW.
Penjaga itu pun mengatakan benar bahwa di tempat tersebut akan dilaksanakan UKW.
Mendengar jawaban penjaga tersebut, hati penulis pun sangat lega, yang artinya penulis tidak salah alamat. Maklum lah penulis kan berasal dari daerah yang sangat jauh dari Ibu Kota Provinsi.
Ya, jujur saja bahwa penulis adalah orang dari kampung yang sangat jarang menginjak Ibu Kota Provinsi sehingga penulis tidak begitu hafal dengan Ibu Kota Provinsi.
Selang beberapa menit, panitia hingga peserta UKW pun mulai berdatangan. Di sana tampak ada beberapa peserta dan pihak panitia yang penulis kenal. Kami pun saling menyapa dan ngobrol singkat.
Registrasi pun dimulai. Para peserta termasuk penulis pun melakukan registrasi.
Singkat cerita, UKW pun resmi dimulai. Pihak panitia pun menentukan masing-masing kelompok untuk para peserta.
Dalam kelompok penulis kala itu jumlahnya 7 (tujuh) orang, dimana masing-masing kelompok memiliki satu penguji.
Saat itu lah perasaan penulis sangat tidak menentu, jantung berdetak sangat kencang, badan tiba-tiba terasa panas-dingin (meriang). Rasa nervous (grogi) yang luar biasa, keringat dingin dan seluruh badan pun mendadak bergetar karena gugup.
Kami pun mulai diberi materi oleh penguji setelah melewati beberapa rangkaian kegiatan.
Ada 10 materi uji yang diberikan penguji kala itu yang wajib dikerjakan oleh peserta, diantaranya wawancara terhadap narasumber yang telah dihadirkan oleh pihak panitia, menulis dan menyunting berita, serta menghubungi narasumber (jejaring).
Hingga detik ini penulis masih sangat ingat dengan penguj yang menguji penulis kala itu yakni Ramon Damora. Penulis sangat mengakui bahwa penguji tersebut sangat hebat dan sangat mengedepankan kedisiplinan dan kejujuran terhadap para peserta.
Satu persatu materi uji yang diberikan penguji pun dikerjakan oleh penulis dan peserta lainnya, yang pada akhirnya penulis dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
Bahkan, penguji kala itu sempat seakan tidak percaya kepada penulis sehingga bertanya apakah benar baru dua tahun berkecimpung di dunia wartawan karena menurut penguji bahwa penulis sangat berkompeten dalam mengerjakan seluruh materi.
Penulis bukan memuji diri sendiri ya, namun hal itu adalah kenyataan yang disampaikan oleh penguji kala itu. Hehheee.
Setelah UKW tersebut selesai, kegembiraan yang tak terhingga pun tampak dari raut wajah para peserta yang sebelumnya sangat tegang.
Sertifikat kompetensi Jenjang Muda dari Dewan Pers yang diberikan kepada penulis pada tahun 2018 lalu. |
Namun, perasaan bercampur aduk seperti yang dirasakan pada tahun 2018 lalu itu muncul kembali disaat sebelum dan disaat tengah mengikuti UKW jenjang Madya pada Juli 2024 yang baru saja dilewati beberapa hari lalu.
Masih seperti tahun 2018 lalu, penulis berangkat ke Ibu Kota Provinsi dari daerah tempat penulis tinggal dan bertugas yakni menggunakan jalur darat walaupun ada jalur udara. Maklum lah, biaya sangat terbatas, yang hanya cukup buat menginap beberapa hari dan makan selama di Ibu Kota serta untuk biaya makan -minum dan isi BBM saat pulang nanti secara patungan dengan teman-teman.
Kali ini penulis tidak menggunakan transportasi umum tetapi menumpang di kendaraan teman satu profesi, yang kebetulan juga ia mengikuti UKW sama seperti penulis.
Suka dan duka kami lalui bersama saat dalam perjalanan menuju Ibu Kota Provinsi, dengan jarak tempuh lebih dari 10 jam lamanya. Berbagai halangan dan rintangan kami temui selama dalam perjalanan, yang pada akhirnya kami pun tiba di Ibu Kota Provinsi dengan selamat sehari sebelum kegiatan UKW akan dimulai.
Keesokan harinya, kami pun mengikuti UKW di salah satu hotel berbintang yang cukup ternama di Ibu Kota tersebut. UKW itu berlangsung selama dua hari, diikuti 48 peserta yang digelar Dewan Pers bekerjasama dengan dua lembaga uji yakni PWI Kalbar dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalbar.
Kali ini penulis mengikuti UKW jenjang Madya melalui jalur PWI Kalbar. UKW pun dimulai, para peserta tampak fokus dan penuh semangat dalam mengerjakan materi uji yang diberikan penguji.
Meskipun tampak fokus dan semangat, jujur saja, penulis sangat gugup dalam mengikuti UKW tersebut. Suasananya sangat berbeda. Hari pertama UKW itu pun telah dilalui dan lancar. Tujuh dari 10 mata uji telah selesai dikerjakan.
Namun, pada hari kedua (hari terakhir), dari tiga sisa mata uji, ada satu mata uji yang sempat membuat penulis kesulitan dalam mengerjakannya. Beberapa kali ditolak oleh penguji karena dianggap salah.
Dalam benak penulis saat itu bahwa penulis tidak akan lulus karena waktu yang ditentukan untuk mengerjakan materi hampir habis. Namun, penulis terus berusaha mengerjakan satu materi uji yang masih tersisa yang dianggap salah oleh penguji tersebut. Penulis pun meminta bantuan beberapa teman, yang pada akhirnya materi uji itu selesai dikerjakan dan hasilnya diterima oleh penguji. Terimakasih teman atas bantuannya.
Perasaan saat itu memang cukup lega setelah semua materi uji selesai dikerjakan, namun kelulusan belum diumumkan sehingga perasaan deg-degan dan penuh tanya di dalam hati masih menghantui.
Hingga tiba saatnya pembagian nilai oleh para penguj kepada para peserta. Pada kelompok penulis, nilai para peserta paling terakhir dibagikan oleh penguji dibanding kelompok-kelompok lainnya karena penguji pada kelompok penulis saat itu sedang tidak berada di ruangan.
Beberapa teman di kelompok berbeda yang sudah mengetahui nilainya pun memberitahu penulis bahwa mereka dinyatakan kompeten (lulus). Hanya di kelompok penulis saja yang belum diketahui nilainya oleh masing-masing peserta.
Di situ lah perasaan ini semakin deg-degan dan bertanya-tanya apakah saya juga lulus seperti teman-teman lainnya?
Singkat cerita, nilai pun dibagikan penguji kepada masing-masing peserta di kelompok penulis. Diketahui bahwa semua peserta di kelompok penulis dinyatakan kompeten (lulus).
Perasaan yang tadinya tegang kini sangat gembira walaupun penulis tahu bahwa nilai penulis tidak tinggi dibanding peserta lainnya namun penulis sangat bersyukur karena dinyatakan kompeten oleh penguji.
Di mata penulis, penguji kali ini tidak kalah hebatnya dari penguji sebelumnya. Maklum, ini penguji dari Dewan Pers lho, yang tentunya kompetensinya dalam menguji tidak diragukan lagi.
Anas Syahirul Alim, itu lah nama penguji yang menguji penulis dalam UKW jenjang Madya tersebut.
Peserta/penulis (kiri) bersama penguji dari Dewan Pers, Anas Syahirul Alim (kanan). |
Setelah seluruh rangkaian UKW itu selesai, penulis bersama beberapa teman satu daerah yang juga mengikuti UKW itu pun menuju tempat menginap di salah satu hotel yang tarifnya relatif murah.
Dengan penuh rasa gembira, keesokan harinya, kami pun beranjak dari hotel itu untuk kembali ke daerah asal tempat kami bertugas.
Dalam perjalanan, tak henti-hentinya kami bersenda gurau hingga tidak terasa pada diniharinya kami pun tiba.
Kami tidak banyak membawa buah tangan (oleh-oleh) dari Ibu Kota Provinsi saat kami pulang ke tempat asal kami karena uang kami hanya cukup untuk kebutuhan selama di perjalanan saja, namun kedatangan kami disambut gembira oleh keluarga masing-masing meskipun kami tidak banyak membawa oleh-oleh.
Penulis: Noto Sujarwoto