Cornelis Ajak Wanita Katolik Jadi Pelopor Ideologi: Terapkan 4 Pilar Kebangsaan dalam Organisasi dan Kehidupan Sehari-hari

Header Menu


Cornelis Ajak Wanita Katolik Jadi Pelopor Ideologi: Terapkan 4 Pilar Kebangsaan dalam Organisasi dan Kehidupan Sehari-hari

Sunday, July 6, 2025

Anggota Komisi XII dan Banggar DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Daerah Pemilihan Kalimantan Barat 1, Dr (HC) Drs. Cornelis, MH, saat sosialisasi 4 Pilar Kebanggsaan di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak.

LANDAK, artikelpublik.com - Dr (HC) Drs. Cornelis, MH, yang merupakan Anggota Komisi XII dan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Barat (Kabar) 1, memberikan sosialisasi 4 pilar kebangsaan dalam rangkaian perayaan HUT Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) ke-101 tahun se-Paroki St. Yohanes Pemandi Pahauman, di Gereja St. Stefanus, Ranting Sidas, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Sabtu (5/7/2025).


Sosialisasi tersebut diikuti antusias oleh para ibu-ibu anggota WKRI. Pada kesempatan itu, Cornelis menyampaikan pentingnya peran wanita Katolik Republik Indonesia dalam menciptakan keutuhan, kesatuan dan keharmonisan dalam masyarakat.


Cornelis, saat melakukan sosialisasi 4 Pilar Kebanggsaan.

Menurutnya, umat Katolik termasuk para anggota WKRI harus memahami dasar hukum, serta ideologi Bangsa Indonesia.


"Pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengingatkan bahwa ada empat pilar kebangsaan Indonesia, di mana hal ini menyangkut ideologi sehingga kami selaku Anggota DPR RI, Anggota MPR RI wajib menyampaikan sosialisasi empat pilar kebangsaan, terutama kepada masyarakat, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan termasuk WKRI yang sudah berumur 101 tahun ini," kata Cornelis.


Sosialisasi 4 Pilar Kebanggsaan.

Cornelis menjelaskan, empat pilar kebangsaan Indonesia merupakan fondasi utama dalam menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa sehingga sebagai organisasi kemasyarakatan yang lahir dari semangat kebangsaan dan iman Katolik, WKRI memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan tersebut di tengah masyarakat khususnya dalam membina keluarga dan generasi muda yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani serta semangat kebangsaan.


"Organisasi sosial kemasyarakatan bukan hanya sekedar dibuat begitu saja, di mana harus mengetahui apa dasar ideologi bangsa kita, dasar ideologi kita adalah Pancasila. Pancasila ada lima sila. Jangan sampai kita tidak tahu dan ini wajib dimasukkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi. Tidak ada tawar menawar," jelasnya.


Dijelaskannya lebih lanjut, Pancasila merupakan dasar negara sekaligus ideologi bangsa, dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan yang merupakan fondasi moral yang selaras dengan ajaran Katolik.  Oleh sebab itu, WKRI turut memiliki peran dalam menginternalisasi nilai Pancasila dalam kegiatan rohani dan sosial, serta mendorong anggota keluarga dan masyarakat agar hidup sesuai nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.


Dipaparkan lebih lanjut, pilar kedua yakni UUD 1945 sebagai pedoman konstitusional, di mana UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi, dalam konteks tersebut WKRI diharapkan mendidik anggotanya untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.


"WKRI harus meningkatkan literasi hukum bagi perempuan Katolik, mendorong keterlibatan perempuan dalam proses demokrasi dan penegakan hukum dan menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak sesuai konstitusi," tegasnya.


Sementara pilar ketiga, tambah Cornelis, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang merupakan bentuk negara yang final dan tidak bisa digantikan.


"Sebagai perempuan Katolik, anggota WKRI terpanggil menjaga keutuhan NKRI dari ancaman disintegrasi sehingga WKRI juga memiliki peran dalam menumbuhkan cinta tanah air dalam setiap kegiatan organisasi dan pendidikan keluarga, menolak segala bentuk radikalisme dan separatisme serta terlibat aktif dalam program kebangsaan dan bela negara," tambahnya.


Ia pun kembali menegaskan bahwa wanita Katolik juga harus membuka pikiran, bukan hanya beriman, pengharapan dan kasih, tetapi juga harus meningkatkan peradaban yaitu bagaimana beriman, pengharapan dan kasih dengan menggunakan akal sehat.


Sedangkan dalam pilar keempat yang biasa dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Ia mengajak masyarakat untuk hidup dalam harmoni meski berbeda-beda suku, agama, ras dan budaya.


Ia pun kembali menegaskan bahwa WKRI harus mewujudkan dialog antar agama dan budaya, menjadi jembatan antar komunitas dalam membangun toleransi dan perdamaian.


"Sebagai bagian dari elemen masyarakat yang memiliki semangat nasionalisme dan iman yang kokoh, WKRI memiliki tanggung jawab moral dan sosial dalam menjaga serta menghidupi 4 pilar kebangsaan," ulasnya.


Adapun dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai tersebut harus terus diinternalisasikan melalui pendidikan keluarga, pelayanan sosial dan keterlibatan aktif dalam masyarakat sehingga WKRI tidak hanya menjadi pelayan di altar, tetapi juga pelayan di tengah bangsa-menjadi terang dan garam bagi Indonesia yang plural dan majemuk.


"Saat ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh wanita Katolik, salah satunya yakni terkait anak stunting, di mana WKRI juga diharapkannya bisa berperan membuka pikiran terutama bagi para calon ibu muda untuk memahami gizi bagi anak," ungkapnya.


Diterbitkan oleh: Noto Sujarwoto