Kolase Journalist Camp akan Libatkan 100 Peserta, Kampanyekan Isu Keanekaragaman Hayati

Header Menu


Kolase Journalist Camp akan Libatkan 100 Peserta, Kampanyekan Isu Keanekaragaman Hayati

Sunday, August 17, 2025

Logo Yayasan Kolase. Foto (Ist).

"Ancaman terhadap keberlangsungan ragam hayati semakin nyata. Mulai dari kerusakan habitat, eksploitasi berlebihan, spesies invasif hingga dampak dari perilaku manusia yang tak ramah lingkungan"


PONTIANAK, artikelpublik.com - Yayasan Kolase kembali akan menyelenggarakan Kolase Journalist Camp (KJC) 2025. Perhelatan akbar para jurnalis kali ini mengusung tema “Ragam Hayati Kekuatan Kita”. 


KJC-2025 rencananya akan digelar di Rumah Budaya Kampung Caping, Kelurahan Bansir Laut, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) pada 22-24 Agustus 2025 mendatang.


Kegiatan itu didesain sebagai ruang temu, konsolidasi gagasan, sekaligus pelatihan praktis bagi para jurnalis, pers mahasiswa, kreator konten, dan masyarakat sipil untuk memperkuat kemampuan dalam mengampanyekan isu-isu keanekaragaman hayati secara efektif di ruang digital. 


“KJC 2025 bukan hanya ruang belajar, tetapi juga medan konsolidasi. Kita perlu memperkuat narasi bersama tentang pentingnya menjaga dan merawat keragaman hayati, bukan cuma sebagai sumber daya, tetapi sebagai warisan kehidupan,” ujar Andi Fachrizal, Founder Yayasan Kolase di Pontianak, Senin (18/8/2025).


Menurut Andi, upaya pelestarian alam tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan teknokratis atau infrastruktur semata, namun diperlukan strategi komunikasi yang menyentuh dan mampu menggerakkan publik. 


“Hari ini tantangannya bukan hanya soal deforestasi atau polusi, tetapi juga kebisingan informasi. Kita perlu hadir dengan narasi yang kuat, berbasis data, dan menyentuh emosi,” tuturnya.


Andi menjelaskan, data dari Profil Keanekaragaman Hayati Kalbar 2024 mencatat bahwa Provinsi Kalbar memiliki 1.751 spesies tumbuhan asli dari 142 suku, dengan anggrek liar (Orchidaceae) mendominasi hingga 320 spesies. Di sisi fauna, tercatat 1.423 spesies satwa liar, termasuk 114 mamalia, 546 burung, dan 420 ikan.


Kendati demikian, lanjut Andi, ancaman terhadap keberlangsungan ragam hayati semakin nyata. Mulai dari kerusakan habitat, eksploitasi berlebihan, spesies invasif, hingga dampak dari perilaku manusia yang tak ramah lingkungan.


Lebih lanjut dijelaskan, KJC-2025 akan menghadirkan 100 orang peserta dengan rincian 60 peserta utama dan 40 peserta kehormatan. Peserta utama berasal dari kalangan jurnalis media arus utama, pers mahasiswa, komunitas pencinta alam, dan kreator konten. Sedangkan peserta kehormatan berasal dari kalangan pemerintah, CSO, akademisi, dan pengelola hutan desa. 


“Kita butuh kerja kolaboratif lintas sektor dan aktor. Pemerintah tidak bisa jalan sendiri, media tidak bisa bergerak sendiri, begitu pula masyarakat. Semua harus saling menopang,” tegasnya.


Adapun rangkaian KJC-2025 mencakup beragam sesi, seperti kampanye publik bertajuk “Kawal Jangan Dijual”. Kampanye tersebut digelar untuk memperingati Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada 19 Agustus 2025. Sesi itu akan dikemas dalam bentuk pameran fotografi dan atraksi musik di bantaran Kapuas.


“Orangutan adalah spesies kunci yang bisa menjadi pintu masuk percakapan publik tentang pelestarian hutan. Kita ingin kampanye ini jadi titik balik hubungan manusia dan alam,” terang Andi.


Selain itu, akan ada pula workshop jurnalistik bertema “Demi Ragam Hayati, Kami Menulis”. Workshop itu bertujuan untuk memperkuat kapasitas peserta dalam memproduksi konten kampanye visual dan naratif.


Kegiatan tersebut juga membuka ruang refleksi kritis lewat sesi nonton bareng dan diskusi film dokumenter, serta aksi nyata “Bersihkan Kapuas: Jangan Ada Sampah di Antara Kita” yang mendukung upaya Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi polusi plastik di sungai.


“Sungai Kapuas adalah urat nadi Kalbar. Kita tidak bisa terus membiarkannya tercemar. Lewat aksi kecil, kita ingin bangun kesadaran besar,” tambahnya.


Tak kalah penting, KJC-2025 tersebut juga akan menggelar sesi workshop motivasi bertajuk “Semua Orang adalah Pembaharu, Semua Jurnalis adalah Pembaharu (Changemaker)”, yang mendorong peserta untuk menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing.


KJC-2025 nantinya akan ditutup dengan media gathering yang bertema "Kawal Ragam Hayati, Lestarikan Tumbuhan dan Satwa Liar". Media gathering tersebut sekaligus menjadi ajang kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dalam merespons tantangan perdagangan ilegal dan perburuan tumbuhan dan satwa liar dilindungi.


Dengan semangat kolaboratif dan pendekatan kreatif, KJC-2025 tersebut diharapkan dapat melahirkan narasi-narasi baru yang tidak hanya sebatas viral, tetapi juga berdaya ubah. 


“Kita tidak bisa diam saat keragaman hayati terus menyusut. Lewat media, tulisan, foto, video, dan aksi nyata, kita ingin buktikan bahwa ragam hayati benar-benar adalah kekuatan kita,” ungkap Andi.


Sumber  : Yayasan Kolase

Penerbit: Noto Sujarwoto